foto : tazkirah.net |
Berikut ini adalah sebuah kisah seorang ulama zuhud bernama Ibrahim bin Adham bin Manshur Al'Ijli atau biasa dikenal dengan Ibrahim bin Adham. Beliau juga adalah seorang pangeran yang kaya raya dengan istana yang megah. Namun kekayaan dan kekuasaan tak membuat beliau lalai. Bahkan beliau dikenal dengan sebagai 'abid dan zuhud. Kisah berikut adalah salah satu buktinya.
***
Selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjidil Aqsa. Untuk bekal diperjalanan, dia membeli sedikit kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma terjatuh dekat timbangan. Menyangka kurma itu sebahagian dari yang dibelinya, Ibrahim memungut dan memakannya.
Setelah itu dia terus berangkat menuju Al Aqsa.
Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, dia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah kubah Sakhra. Dia solat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba dia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.
‘Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara’ yang doanya selalu dikabulkan Allah swt,’ kata malaikat yang satu.
‘Tetapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak kerana 4 bulan yang lalu dia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Haram,’ jawab malaikat yang satu lagi.
Ibrahim bin Adham terkejut sekali, dia tersentap, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah swt gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.
‘Astaghfirullahal adzhim’ ibrahim beristighfar.
Dia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Sesampai di Mekkah dia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemui pedagang tua itu melainkan seorang anak muda.
“Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Ke mana ia sekarang ?” tanya Ibrahim.
“Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma” jawab anak muda itu.
“Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”.
Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat.
‘Nah, begitulah’ kata Ibrahim setelah bercerita, ‘Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”.
“Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas namakan mereka kerana mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.” jawab pemuda itu.
“Di mana tempat tinggal saudara-saudaramu ? Biar saya temui mereka satu persatu.’ pinta Ibrahim.
Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.
Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham kembali sudah berada di bawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain.”
“O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, dia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram kerana masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”
***
Semoga kita dapat mengambil hikmah dan teladan dari kisah ini agar kita berhati hati dengan makanan yang kita makan atau pekerjaan yang kita kerjakan selama ini. Apa benar sudah benar benar terbebas dari syubhat dan haram ?
sumber : tazkirah